SUBSCRIBE

AGI Terdesentralisasi: Visi, Teknologi, dan Revolusi ASI Alliance

Apa Itu AGI

Artificial General Intelligence (AGI) bukan sekadar “AI yang lebih besar.” Ini bukan soal menambah parameter LLM, atau melatih model dengan dataset raksasa. AGI adalah kualitas baru kecerdasan, sebuah AI yang memiliki:

  • Pemahaman lintas domain: mampu bekerja di berbagai bidang, bukan hanya spesialisasi sempit.
  • Pembelajaran mandiri: bisa mengisi celah pengetahuan dari pengalaman baru, tanpa harus dilatih ulang total.
  • Penalaran kausal & akal sehat: mengerti sebab–akibat, bukan sekadar statistik kebetulan.
  • Generalization out-of-distribution: mampu menghadapi situasi baru yang tidak ada di data latih.
  • Tool use & agency: bisa memilih alat, menyusun rencana multi-langkah, mengeksekusi aksi, dan menilai dampaknya.
  • Memori & self-monitoring: mengingat pengalaman, mendeteksi kesalahan, dan memperbaiki diri.

Dengan kata lain, AI generatif saat ini = prediksi pola. AGI = pemahaman dunia dan aksi adaptif.

Baca: Peluang investasi besar di sektor Knowledge Graph

Kenapa Arsitektur Penting

Kalau AGI lahir di server terpusat milik segelintir raksasa, risikonya besar:

  • Konsentrasi kekuasaan (AGI = senjata intelektual, dikontrol oleh sedikit pihak).
  • Kurang transparansi (tidak ada audit eksternal).
  • Single point of failure (satu kesalahan berdampak global).

Alternatifnya adalah AGI terdesentralisasi:

  • Komputasi, data, dan agen didistribusikan.
  • Jejak audit ada di level protokol.
  • Tidak ada satu entitas yang bisa memonopoli.

Desentralisasi di sini bukan slogan ideologis, tapi strategi rekayasa risiko.

Apa yang Dibangun ASI Alliance

artificial super intelligence AGI

Aliansi Artificial Superintelligence (ASI) adalah kolaborasi SingularityNET, Ocean Protocol, CUDOS, dan sebelumnya Fetch.ai. Mereka sedang merakit stack end-to-end untuk ekosistem AI yang terbuka. Empat pilarnya:

1. Otak — OpenCog Hyperon

Kerangka neuro-simbolik yang jadi tulang punggung penalaran.

  • Atomspace: hipergraf universal untuk menyimpan pengetahuan (fakta, prosedur, relasi).
  • MeTTa: bahasa pemrograman reflektif → memungkinkan self-modifying code (program bisa menulis ulang dirinya sendiri). Ini kunci untuk pembelajaran berkelanjutan.
  • Sinergi kognitif: modul penalaran, memori, perhatian, dan pembelajaran bekerja bersama. Hasilnya bukan sekadar “model yang lebih besar”, tapi sistem yang bisa bernalar & menjelaskan prosesnya.

2. Aktor — Agen Otonom

Lapisan aplikasi tempat agen perangkat lunak bisa bertindak:

  • Punya identitas & dompet on-chain.
  • Menyimpan memori lintas tugas.
  • Komunikasi P2P → negosiasi, kolaborasi, transaksi.
  • Eksekusi nyata: dari manajemen portofolio DeFi sampai otomasi supply chain.

Di sini, AGI bukan sekadar “otak” di lab, tapi aktor yang bisa berinteraksi dengan sistem ekonomi dan sosial.

3. Bahan Bakar — Compute-to-Data (Ocean Protocol)

Data sensitif tetap di sumber, model yang “datang” untuk belajar.

  • Privasi terjaga: data medis, finansial, atau riset tidak perlu dikopi keluar.
  • Regulasi lebih mudah: sesuai standar compliance.
  • Ragam data lebih luas bisa dipakai, karena pemilik data tetap pegang kendali.

4. Otot — Komputasi Terdistribusi (CUDOS & NuNet)

  • GPU/CPU terhubung via protokol pasar komputasi.
  • Elastis: bisa skala naik/turun sesuai beban.
  • Transparan: harga dan kapasitas terbuka, tanpa monopoli vendor.
  • Tahan gangguan: tidak berhenti hanya karena satu pusat data gagal.

Mengapa Berbeda dari Sekadar “LLM yang Lebih Besar”

  • Bukan sekadar skala: menambah parameter ≠ akal sehat. Hyperon menaruh logika eksplisit di inti.
  • Jejak proses: alur penalaran simbolik bisa diaudit, bukan sekadar output “percaya saja.”
  • Aksi nyata: agen bisa bertindak, bukan hanya menghasilkan teks.
  • Privasi by design: compute-to-data memisahkan pembelajaran dari risiko kebocoran.
  • Ketahanan: distribusi komputasi & data → lebih sulit dimonopoli.

Tantangan yang Masih Besar

  • Orkestrasi teknis: menggabungkan Hyperon + agen + compute-to-data + GPU network tanpa latensi tinggi.
  • Keamanan: self-modifying code butuh guardrails keras (policy, evaluasi, capability gating).
  • Ekonomi: pasar GPU/data/agen harus benar-benar punya arus kas nyata.
  • Bukti produksi: demo menarik ≠ reliabilitas industri. Tes sesungguhnya ada di dunia nyata.

AGI vs. Jalur SLM + Agen

Di atas kertas, AGI terdengar meyakinkan: satu sistem yang bisa belajar mandiri, bernalar kausal, dan menyesuaikan diri dengan tugas apa pun. Tapi mewujudkannya menuntut terobosan arsitektural besar—lebih dari sekadar melatih LLM dengan dataset raksasa. Kita bicara integrasi world model, memori jangka panjang, penalaran simbolik, hingga keamanan self-modifying code. Itulah sebabnya banyak peneliti menilai timeline terciptanya AGI yang ideal bisa baru terjadi dalam beberapa dekade ke depan, atau bahkan tak akan mungkin pernah tercapai dengan pendekatan pengembangan yang ada sekarang.

Sebaliknya, ada jalur yang lebih pragmatis: SLM (small language models) + agentic workflows. Model yang lebih kecil, efisien, dan murah dipasangkan dengan serangkaian agen yang bisa memanggil alat, mengakses basis data, atau bernegosiasi satu sama lain. Hasilnya bukan “otak tunggal” superpintar, melainkan ekosistem agen spesialis yang bersama-sama meniru kecerdasan umum. Keuntungannya jelas: bisa di-deploy hari ini, lebih mudah diaudit, dan sesuai kebutuhan nyata enterprise maupun regulator.

Maka, pertaruhan utama bukan sekadar apakah AGI bisa ada, melainkan bentuk apa yang menawarkan value lebih tinggi, stabil, dan aman bagi manusia. Jika AGI lahir sebagai satu sistem terpusat, dunia berhadapan dengan risiko kontrol absolut. Jika yang berkembang adalah jaringan agen modular, kita mungkin tidak pernah melihat “AGI tunggal” seperti di film, tapi sebuah AGI kolektif yang muncul dari kolaborasi banyak komponen. Dan justru di titik inilah visi ASI Alliance—AGI terdesentralisasi, terbuka, bisa diaudit—menjadi relevan: bukan mimpi abstrak, tapi cara menyiapkan infrastruktur untuk jalur manapun yang akhirnya menang.

So What?

ASI Alliance belum menjual janji “AGI tahun depan.” Yang mereka bangun adalah fondasi ekosistem:

  • otak (penalaran → Hyperon),
  • aktor (agen),
  • bahan bakar (data aman),
  • otot (komputasi).

Apabila rantai ini berhasil disatukan, kita bisa jadi akan mendapatkan bukan hanya mesin pintar, tapi lingkungan kecerdasan umum yang bisa diaudit, terbuka, dan tidak bergantung satu pihak.

AGI bukan hanya soal “seberapa cepat bisa jadi”, tapi juga “siapa yang akan mengendalikannya?”. Dan di situlah desentralisasi bukan sekadar opsi—tapi mungkin satu-satunya jalan aman yang bisa diambil.

 

Disclaimer: Artikel ini disusun untuk tujuan informasional dan edukasi semata. Semua informasi, data, dan pendapat yang disajikan berasal dari sumber yang dianggap dapat dipercaya pada saat penulisan. Artikel ini bukan merupakan ajakan atau saran untuk membeli, menjual, atau memegang aset kripto maupun instrumen investasi lainnya. Pasar aset kripto memiliki risiko tinggi, termasuk risiko kehilangan seluruh modal. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri (DYOR — Do Your Own Research) dan/atau berkonsultasi dengan penasihat keuangan independen sebelum mengambil keputusan investasi.