AI lagi panas-panasnya. Semua orang bikin model, dari raksasa Big Tech sampai startup garasi. Tapi ada masalah besar: komputasi makin mahal dan makin terkonsentrasi. Di sinilah DePIN x AI menjadi semakin relevan.
GPU kelas H100 bisa disewakan di AWS sekitar $4,30 per jam. Startup kecil? Mimisan duluan. Apalagi kalau butuh ribuan unit buat melatih model bahasa besar. Sementara itu, jutaan GPU di PC gaming, rig mining, sampai data center kecil malah nganggur.
Di sinilah DePIN (Decentralized Physical Infrastructure Networks) masuk: bikin pasar infrastruktur pakai blockchain, insentif token, dan crowdsourcing. Prinsipnya sederhana: siapa pun bisa nyumbangin GPU, storage, atau bandwidth → jaringan kasih reward → user bisa sewa lebih murah.
🌍 Kenapa AI Butuh DePIN?
-
Biaya — DePIN bisa tekan cost sampai 50–90% lebih murah dari hyperscaler. Contoh: Aethir sewakan H100 sekitar $1,5/jam vs AWS $4+.
-
Akses — permissionless. Gak perlu kontrak ribet, siapa pun bisa pakai.
-
Ketahanan — jaringan global lebih tahan dari single point of failure.
-
Inovasi cepat — tiap ada user upgrade GPU, jaringan otomatis ikut naik level.
🚀 Pemain Kunci
1. Compute/Compute Marketplace
-
Akash Network (AKT) – “Airbnb untuk cloud” dengan model lelang terbalik. GPU H200 di sini bisa 80% lebih murah daripada AWS.
-
Render Network (RNDR) – Dulu untuk rendering 3D, kini melayani AI inference dan compute. Baru migrasi ke Solana untuk throughput & latency lebih baik.
-
io.net – Marketplace GPU P2P global untuk AI inferensi & training, adalah yang paling matang di compute DePIN.
-
Gensyn – Compute marketplace dengan pendekatan verifiable compute (zk, audit).
-
CUDOS Intercloud – Platform DePIN yang mengumpulkan GPU idle dari operator independen/data center untuk AI, sains, dan aplikasi Web3.
-
NodeGoAI (NodeGo) – Jaringan compute terdesentralisasi yang memungkinkan monetisasi GPU dan CPU idle lewat smart contracts dan perangkat keras khusus.
-
Spheron Network – Decentralized cloud platform yang menyediakan GPU, autoscaling, CDN edge, storage—menjanjikan alternatif cloud dengan biaya sepertiga lebih murah.
-
Exo Labs – Fokus pada inference AI frontier-level di perangkat konsumer seperti iPhone, Android, Mac.
2. Storage / Data Layer
-
Filecoin (FIL) – Storage terdesentralisasi berbasis sewa (rentable storage), kini memanfaatkan AI (FVM) untuk optimasi data placement.
-
Arweave (AR) + AO – Penyimpanan permanen (“permaweb”) dan lapisan compute/message (AO) untuk agen AI yang hidup langsung di atas jaringan.
-
CESS Network – Integrasi storage & AI dalam ekosistem DeSci di Polkadot.
3. Sensor / Data Feeder / Physical Resource
-
Hivemapper – Crowdsource mapping via dashcam, mengumpan data geospasial ke AI jaringan.
-
Helium (HNT) – Infrastruktur wireless IoT DePIN yang menjadi contoh fungsional physical-resource.
-
Arkreen Network (Arweave‑based) – DePIN energi terdesentralisasi untuk data energi terbarukan yang tersimpan secara permanen via Arweave.
4. DePIN-AI Hybrid / Emerging Ecosystem
-
Bittensor (TAO) – Jaringan AI terdesentralisasi; subnet DePIN AI kolaboratif untuk compute, model, dan governance.
-
LooPIN – Protokol PinFi untuk compute marketplace dengan dynamic pricing; potensi biaya akses GPU hingga 1% model tradisional.
Masing-masing lagi berebut jadi tulang punggung komputasi Web3 + AI.
⚠️ Tantangan Berat
-
Teknis: WAN latency bikin DePIN susah dipakai untuk training model super besar. Cocoknya sekarang buat inferensi, fine-tuning kecil, rendering, batch job.
-
Ekonomi: kalau tokenomics cuma bergantung emisi tanpa demand asli, bisa collapse.
-
Regulasi: token statusnya abu-abu; data governance beda negara bisa jadi penghalang.
-
Privasi: enterprise butuh jaminan → perlu kombinasi TEE (confidential GPU) & zk-proof.
🔮 Masa Depan: AI Mengelola DePIN
Visi ultimate: AI bukan cuma pakai DePIN, tapi juga nge-manage DePIN.
Agen AI on-chain bisa:
-
reroute job otomatis ke node terbaik,
-
kasih insentif dinamis kalau ada demand spike,
-
prediksi node rusak & pindahin workload,
-
ikut voting governance tanpa manusia.
Kalau jalan, kita bisa punya “supercloud otonom”: lapisan infrastruktur global yang self-optimizing, trustless, dan scalable.
🥡 Takeaway
-
DePIN x AI bukan hype kosong — ini jawaban nyata buat krisis GPU & biaya AI.
-
Short-term use case: inferensi, fine-tuning kecil, rendering.
-
Long-term: self-driving infra, dikelola agen AI di blockchain.
-
Bagi investor: cari proyek dengan demand nyata, bukan sekadar growth supply.
Singkatnya: DePIN adalah eksperimen paling serius buat demokratisasi infrastruktur AI. Kalau berhasil, akses ke compute gak lagi dimonopoli Big Tech — tapi dibuka untuk semua orang, dari Bandung sampai Silicon Valley.
Dapatkan ringkasan AI & Crypto langsung di inbox.
Disclaimer: Artikel ini disusun untuk tujuan informasional dan edukasi semata. Semua informasi, data, dan pendapat yang disajikan berasal dari sumber yang dianggap dapat dipercaya pada saat penulisan. Artikel ini bukan merupakan ajakan atau saran untuk membeli, menjual, atau memegang aset kripto maupun instrumen investasi lainnya. Pasar aset kripto memiliki risiko tinggi, termasuk risiko kehilangan seluruh modal. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri (DYOR — Do Your Own Research) dan/atau berkonsultasi dengan penasihat keuangan independen sebelum mengambil keputusan investasi.